Otak


Otak

Dalam anatomi hewan, Otak atau encephalon, adalah sentral supervisori dari sistem syaraf. Walaupun otak kadang disebut sebagai pusat supervisori dari sistem syaraf sentral vertebrata, istilah yang sama juga dapat digunakan untuk sistem syaraf sentral pada invertebrata. Pada kebanyakan hewan, otak terletak pada kepala.

Otak mengatur dan mengkordinir sebagian besar, gerakan, perilaku dan fungsi tubuh homeostasis seperti detak jantung, tekanan darah, keseimbangan cairan tubuh dan suhu tubuh. Otak juga bertanggung jawab atas fungsi seperti pengenalan, emosi. ingatan, pembelajaran motorik dan segala bentuk pembelajaran lainnya.

Otak terbentuk dari dua jenis sel: glia dan neuron. Glia berfungsi untuk menunjang dan melindungi neuron, sedangkan neuron membawa informasi dalam bentuk pulsa listrik yang di kenal sebagai potensial aksi. Mereka berkomunikasi dengan neuron yang lain dan keseluruh tubuh dengan mengirimkan berbagai macam bahan kimia yang disebut neurotransmitter . Neurotransmitter ini dikirimkan pada celah yang di kenal sebagi sinapsis. Avertebrata seperti serangga mungkin mempunyai jutaan neuron pada otaknya, vetebrata besar bisa mempunyai hingga seratus milliar neuron.

BELAHAN OTAK KIRI DAN KANAN.

Setiap belahan otak (kiri atau kanan) mempunyai fungsi yang berbeda. Belahan otak kiri berhubungan dengan logika, analisa, bahasa, rangkaian (sequence) dan matematika. Jadi belahan otak kiri berespons terhadap masukan-masukan di mana dibutuhkan kemampuan mengupas/meninjau (critiquing), menyatakan (declaring), menganalisa, menjelaskan, berdiskusi dan memutuskan (judging). Belahan otak kanan berkaitan dengan ritme, kreativitas, warna, imajinasi dan dimensi. Jadi belahan otak kanan berfungsi kalau manusia menggambar, menunjuk, memeragakan, bermain, berolahraga, bernyanyi, dan aktivitas motorik lainnya. Sebenarnya kedua belahan otak kiri dan kanan sama penting dan sama kuatnya. Mereka saling melengkapi satu dengan yang lain.

Kalau sampai saat ini pembelajar lebih banyak menggunakan belahan otak kiri, apa yang terjadi kalau sekarang mereka memakai kedua belahan itu sekaligus ? Tentunya secara teoritis pembelajar akan memiliki kekuatan otak yang ganda, karena memakai semua kapasitas otak yang dimilikinya. Bahan ajar yang diciptakan ini memakai strategi mengoptimalkan seluruh kapasitas otak pembelajar.


PEMBELAJARAN YANG MENARIK.

Pembelajar khususnya orang dewasa biasanya takut untuk berbuat kesalahan. Sudah tentu semua proses belajar ada kemungkinan gagal atau membuat kesalahan. Tapi sebagai pengajar kita bisa membuat resiko ini seminimal mungkin. Hal ini agak sulit dicapai kalau pembelajar diminta untuk berbicara dalam bahasa target. Di lain pihak ada pendapat bahwa orang akan belajar secara optimal kalau dia ikut berpartisipasi (Malouf, Doug 2000). Tugas pengajar untuk memikirkan aktivitas apa yang paling optimal, menarik, dinamis dan relatif lebih kecil resikonya.

Malouf (2000) mengajukan format bahan ajar untuk pembelajar dewasa :

1. Tahap pemberian informasi.
Sebelum diberi dialog, pengajar mempersiapkan kerangka berpikir pembelajar dengan memberikan latar belakang situasi atau mengajukan pertanyaan-pertanyaan pra-dialog. Hal ini bisa dihubungkan dengan budaya atau kebiasaan masyarakat Indonesia.
Asher (1966) mengatakan : “pembelajaran melalui pancaindera penglihatan lebih efisien dan bertahan lebih lama dalam ingatan dibandingkan dengan pendengaran”. Dengan pertimbangan di atas, penulis mengombinasi pemberian dialog melalui audio dengan benda-benda konkrit, gambar, gerakan fisik dan ekspresi emosi.

2. Tahap peragaan.

Asher (1966) percaya bahwa kondisi yang optimal untuk belajar adalah bagaimana pembelajar pertama-tama diperkenalkan dengan bahan ajar.

Menurutnya, ketrampilan menebak sangat penting dalam belajar dan erat

Kaitannya dengan lamanya bertahan dalam ingatan. Implikasinya, jangan berikan terjemahan atau arti langsung kepada pembelajar, tapi biarkan mereka memprosesnya secara mendalam dan menebaknya melalui konteks.

Selain itu Asher mengemukakan : “Semakin tepat pembelajar menebak arti kata, semakin cepat dia belajar kosa kata baru, menyerapnya, mengerti kalimat atau konteksnya dan bertahan lebih lama dalam ingatan”. Artinya, jangan biarkan pembelajar menerka-nerka sendiri, tetapi pengajar harus memperkecil kesalahan menebak dengan memberikan gerakan, ekspresi dan cara konkrit lainnya yang memudahkan pemahaman kosa kata baru.


3. Tahap pelaksanaan.

Sesudah pemahaman terjadi, pembelajar diharapkan bisa memproduksi secara terbatas melalui aktivitas yang sederhana. Sesudah itu bisa mengaplikasikannya dalam situasi yang lebih majemuk.


BAHASA RESEPTIF DAN EKSPRESIF

Dalam setiap kebudayaan sepanjang sejarah manusia, anak-anak berbicara dalam “bahasa ibu” setelah lebih dari setahun ibu atau orang2 di sekitarnya berkomunikasi dengan anak itu. Seseorang harus mencapai tahap pemahaman lebih dulu sebelum dia mulai berbicara. Bahkan dapat dikatakan bahwa pemahaman adalah kondisi yang diperlukan sebelum perkataan muncul. Dan pemahaman ini bisa dipercepat melalui pemberian instruksi. Pendekatan ini dipakai oleh Asher untuk mengajarkan bahasa melalui “learning another language through actions”. Usaha yang optimal dilakukan dengan cara yang menarik perhatian pembelajar untuk menangkap makna pesannya. Hal ini berguna untuk menguatkan pengertian bahasa dalam waktu singkat karena pengajaran dilakukan terkonsentrasi, bervariasi, menarik dan direncanakan secara khusus. Alat2 peragapun hendaknya bertahap, mulai dari benda2 konkrit, gambar2 sampai akhirnya ke kata2 yang tertulis. Kalau pemahaman ini sudah benar2 meresap, maka bahasa ekspresif akan muncul secara spontan (Asher, James, 1996).

Masa pubertas adalah masa kritis yang menentukan apakah seseorang akan mencapai kemampuan berkomunikasi yang hampir sama dengan penutur asli atau tidak. Dalam belajar bahasa ada pendapat, kalau pengajar sejak awal membiarkan kesalahan2 dalam produksi (bahasa ekspresif), maka pembelajar akan terus menerapkan “kebiasaan buruk” ini, dan akhirnya kesalahan makin sulit untuk diperbaiki. Di lain pihak Asher and Garcia (1969, 1982, 1986) dalam penelitiannya pada imigran Cuba di San Francisco Bay menemukan bahwa sangat jarang pendatang yang tiba setelah masa pubertas bisa berkomunikasi mendekati penutur asli. Tetapi pendatang ini mampu mencapai kemampuan menyimak atau pemahaman bahasa seperti penutur asli. Inilah yang mendasari penciptaan bahan ajar dengan pendekatan yang lebih mengutamakan kemampuan menyimak dan pemahaman bahasa sebagai dasar yang kuat sebelum mengharapkan tercapainya bahasa ekspresif.

MENGAJARKAN BUDAYA INDONESIA PADA PENUTUR ASING

Melalui dialog mahasiswa diperkenalkan pada autentisitas aspek budaya yang melatar belakangi konteks dialog atau bahasa itu sendiri. Hal ini bisa ditunjukkan melalui peragaan, terutama kalau pengajar mau menunjukkan pentingnya keramahtamahan untuk suksesnya berkomunikasi.

Sebelum dialog diperdengarkan, bisa dilakukan tanya jawab pradialog untuk memudahkan pembelajar masuk dalam konteks budaya yang melatarbelakangi dialog. Hal ini perlu ditumbuhkan dalam pikiran pembelajar sebelum mereka mulai mendengar dialog. Pemahaman tentang isi dialog bisa dipermudah dengan bantuan gerakan. Ini akan meningkatkan semangat pembelajar, karena bukan hanya pembelajar saja tapi juga pengajar turut berpartisipasi sehingga proses belajar menjadi lebih dinamis, terbuka, dan interaktif.

Rasulullah saw bersabda: "Barangsiapa menghadap Allah (meninggal dunia), sedangkan ia biasa melalaikan Shalatnya, maka Allah tidak mempedulikan sedikitpun perbuatan baiknya (yang telah ia kerjakan tsb)". (Hadist Riwayat Tabrani).

Sholat itu Membuat Otak Kita Sehat. "Maka dirikanlah Shalat karena Tuhanmu dan Berkurbanlah''. (QS. Al Kautsar: 2)

Sebuah bukti bahwa keterbatasan otak manusia tidak mampu mengetahui semua rahasia atas rahmat, nikmat, anugerah yang diberikan oleh ALLAH kepadanya.

Seorang Doktor di Amerika ( Dr. Fidelma) telah memeluk Islam karena beberapa keajaiban yang di temuinya di dalam penyelidikannya. Ia amat kagum dengan penemuan tersebut sehingga tidak dapat diterima oleh akal fikiran.

Dia adalah seorang Doktor Neurologi. Setelah memeluk Islam dia amat yakin pengobatan secara Islam dan oleh sebab itu telah membuka sebuah klinik yang bernama "Pengobatan Melalui Al Qur'an" Kajian pengobatan melalui Al-Quran menggunakan obat-obatan yang digunakan seperti yang terdapat didalam Al-Quran. Di antara berpuasa, madu, biji hitam (Jadam) dan sebagainya.

Ketika ditanya bagaimana dia tertarik untuk memeluk Islam maka Doktor tersebut memberitahu bahwa sewaktu kajian saraf yang dilakukan, terdapat beberapa urat saraf di dalam otak manusia ini tidak dimasuki oleh darah. Padahal setiap inci otak manusia memerlukan darah yang cukup untuk berfungsi secara yang lebih normal.

Setelah membuat kajian yang memakan waktu akkhirnya dia menemukan bahwa darah tidak akan memasuki urat saraf di dalam otak tersebut melainkan ketika seseorang tersebut bersembahyang yaitu ketika sujud. Urat tersebut memerlukan darah untuk beberapa saat tertentu saja. Ini artinya darah akan memasuki bagian urat tersebut mengikut kadar shalat lima waktu yang diwajibkan oleh Islam. Begitulah keagungan ciptaan Allah.

Jadi barang siapa yang tidak menunaikan sembahyang maka otak tidak dapat menerima darah yang secukupnya untuk berfungsi secara normal. Oleh karena itu kejadian manusia ini sebenarnya adalah untuk menganut agama Islam "sepenuhnya" karena Sifat fitrah kejadiannya memang telah dikaitkan oleh Allah dengan agamanya yang indah ini.

Kesimpulan :
Makhluk Allah yang bergelar manusia yang tidak shalat walaupun akal mereka berfungsi secara normal tetapi sebenarnya di dalam sesuatu keadaan mereka akan hilang pertimbangan di dalam membuat keputusan secara normal. Justru itu tidak heranlah manusia ini kadang-kadang tidak segan-segan untuk melakukan hal hal yang bertentangan dengan fitrah kejadiannya walaupun akal mereka mengetahui perkara yang akan dilakukan tersebut adalah tidak sesuai dengan kehendak mereka karena otak tidak bisa untuk mempertimbangkan secara lebih normal. Maka tidak heranlah timbul bermacam-macam gejala-gejala sosial masyarakat saat ini.

Sumber : National Geographic 2002 Road to Mecca

Tidak ada komentar: